Berita Jombang
Cerita Guru di Jombang Tempuh Jalur Curam Demi Mengajar Siswa Pedalaman
Di zaman modern yang serba canggih saat ini, ternyata masih menyisakan kisah perjuangan keras para guru untuk mendidik peserta didiknya.
Penulis: Anggit Puji Widodo | Editor: Januar
Tidak hanya harus melewati jalan berliku dan penuh hambatan untuk sampai ke sekolah. Di sekolah Karmun dan beberapa guru hanya mengajar 16 peserta didik saja. Jumlah itu sudah keseluruhan murid dari kelas 1 sampai kelas 6 SD.
"Keseluruhan jumlahnya ada 16 murid. Untuk kelas 1 ada muridnya, kelas 2 kosong, kelas 3 ada muridnya, kelas 4 ada, kelas 5 kosong dan kelas 6 ada muridnya," katanya.
Ia mengaku, kendala dalam mencari siswa baru juga dipengaruhi faktor geografis lokasi setempat yang jauh dari kota. Dsn juga jumlah penduduk yang sedikit. Hal itu juga selaras dengan kondisi kehidupan di masyarakat Dusun Rapah Omboh.
“Di daerah sini, dari keluarganya jika ada satu keluarga yang memang mau hamil lagi itu harus dipikir-pikir lagi. Karena memang, biasanya kalau sudah hamil umur 8 bulan itu harus turun gunung," ungkapnya.
"Kalau tidak, turun medannya terlalu sulit, karena medan disini ekstrem. Kalau beberapa waktu lalu pas ada yang sakit di musim penghujan itu ditandu," tukasnya.
Guru Andik Tempuh Jalur Maut Lamongan Jombang ke Sekolah
Senada dengan Karmun, hal serupa juga dialami oleh Andik Santoso, pria asal Desa Kedungkumpul, Kecamatan Sukorame, Kabupaten Lamongan yang mengajar di
SDN Jipurapah 2 yang lokasinya berada di
Dusun Kedungdendeng, Desa Jipurapah, Kecamatan Plandaan, Kabupaten Jombang.
Andik mengabdi sebagai guru hampir 20 tahun lamanya. Selama itu pula ia melewati jalan berliku untuk menuju sekolah tempatnya mengajar. Dari Lamongan menuju Jombang.
Bukan melewati aspal jalan, melainkan ia harus memacu kendaraannya melewati jalan berliku bebatuan, penuh pasir bahkan melewati sungai. Tempat ia mengajar berada di pedalaman Kabupaten Jombang yang jarang tersentuh masyarakat awam.
Pria yang lahir pada 1987 itu berpacu dengan waktu untuk menuju sekolah melewati hutan, sungai dan jalan yang tidak rata dan penuh bebatuan. Andik menjelaskan, untuk sampai ke sekolah ada dua rute jalan yang bisa ia lewati.
Kedua rute terserah tidak ada yang mudah, semuanya harus dilalui dan mengeluarkan tenaga super esktra. Rute pertama, ia bisa menempuh dari arah Dusun Kedungdendeng jika berangkat dari rumahnya.
Jalur rute pertama ini, harus melewati hutan, jalan terjal, licin dan berlumpur jika masuk musim hujan. Butuh waktu sekitar 90 menit jika ia ingin sampai ke sekolah dengan jarak tempuh lebih pendek.
Sementara itu, untuk rute kedua, ia bisa melewati akses jalan yang terbilang lebih ringan. Jika ia menulis perjalan melalui Desa Jipurapah menuju Dusun Kedungdendeng, jaraknya keduanya berkisar 10 kilometer, dilanjutkan melewati hutan.
Jika Andik melewati rute kedua ini, ia harus menempuh jarak yang lebih panjang daripada rute pertama. Meskipun begitu, di rute kedua ini ia juga harus melewati hutan, walaupun kondisi medan jalan terbilang lebih ringan.
"Jadi tidak semua kendaraan bisa melalui jalur ini. Kendaraan yang bisa digunakan itu hanya jenis tertentu saja. Kalau saya menyiasatinya menggunakan sepeda motor trail," ungkapnya.
Jombang
guru yang mengajar di daerah pelosok
SDN Pojok Klitih II
TribunMadura.com
Berita Jombang Terkini
Tangis Hakim Bacakan Kekejaman Pria Bunuh Bayi di Jombang: Aniaya dan Beri Racun Tikus ke Susu |
![]() |
---|
Asyik Bersepeda, Bocah 5 Tahun Malah Bernasib Tragis, Mendadak Ditemukan di Sungai |
![]() |
---|
Aktivis Jombang Soroti Kenaikan Ekstrem PBB, Bakal Bisa Kejadian Ricuh Seperti Pati? |
![]() |
---|
Mbok Pat dan Mbah Jo 50 Tahun Hidup di Hutan Jombang, Terusir di Era Soeharto: Saya Ditakut-takuti |
![]() |
---|
Bendera One Piece Berkibar di Jombang, Kades Izinkan Berkibar di Tiang yang Beda dari Merah Putih |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.