Berita Terkini Sumenep

Pengakuan Pasutri di Sumenep Mengundurkan Diri Jadi Karyawan Dapur MBG: Tak Ada Hitam di Atas Putih

Pasutri yang berdomisili di Desa Pandian, Kecamatan Kota, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, memutuskan berhenti jadi karyawan dapur MBG.

Penulis: Ali Hafidz Syahbana | Editor: Taufiq Rochman
Istimewa/TribunMadura.com
DAPUR MAKAN BERGIZI GRATIS - Potret Dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) di Desa Pamolokan Kecamatan Kota, Kabupaten Sumenep pada Kamis (30/1/2025). Pasutri di Sumenep memutuskan mengundurkan diri jadi karyawan dapur MBG 

Laporan Wartawan TribunMadura.com, Ali Hafidz Syahbana

TRIBUNMADURA.COM, SUMENEP - Pasangan suami-istri (Pasutri) yang berdomisili di Desa Pandian, Kecamatan Kota, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, menceritakan pengalamannya hingga memutuskan berhenti menjadi karyawan di dapur Makan Bergizi Gratis (MBG).

Pasutri tersebut bernama Moh Farid (56) dan Asia Wulandari (48).

Sebelum jadi karyawan di dapur MBG, kedua pasangan itu sehari-sehari berjualan nasi di warung.

Aktivitas berdagang itu sudah mereka jalani selama 13 tahun.

Farid mengaku, salah satu alasan di balik pengunduran dirinya sebagai karyawan dapur MBG karena tidak adanya kepastian gaji yang diterima selama bekerja dari awal.

Bahkan, sejak pertama mengikuti pelatihan di Kodim 0827 Sumenep pada September 2024 lalu, tidak ada dokumen kontrak yang ditandatangani terkait upah yang akan diterima.

"Tidak ada sama sekali hitam di atas putih," tutur Farid pada Jumat (31/1/2025).

Bahkan, untuk menghilangkan rasa was-was itu sudah sempat menanyakan kepada Kepala Satuan Pemenuhan Gizi Gratis (SPPG) Mohammad Kholilur Rahman terkait kepastian gajinya.

Namun, rasa was-was itu semakin bertambah karena tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan. 

Dirinya hanya mengetahui, bahwa nominal upah karyawan yang bertugas pada malam dan siang hari itu berbeda.

"Bahkan, sampai pengunduran diripun tidak ada perwakilan dari SPPG Sumenep yang menghubunginya untuk klarifikasi," terangnya.

Terpisah, Kepala SPPG Sumenep Mohammad Kholilur Rahman membenarkan bahwa ada sejumlah relawan yang mengundurkan diri untuk bekerja.

Data terakhir yang memundurkan diri sebutnya, ada lima relawan yang berhenti dengan berbagai alasan dan termasuk jam kerja yang dinilai terlalu lama.

"Relawan yang mengundurkan diri terjadi antara dua pekan setelah program MBG dimulai pada tanggal 13 Januari 2025 lalu," katanya.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved