Dalam survei awal yang dilakukan ARC Indonesia, sebenarnya dari sisi elektabilitas Eri Cahyadi pernah unggul dari pada Machfud Arifin.
Namun ketika itu survei dilakukan sebelum para calon berpasangan.
Saat itu juga belum ada rekom dari PDIP.
Menurut Baehaqi, perubahan tersebut bisa saja terjadi.
Apalagi saat itu PDIP belum menjatuhkan rekomnya untuk siapa.
“Ketika rekom sudah turun, kemudian terjadi konflik di internal PDIP, ini yang kemudian membawa pengaruh cukup besar,” katanya.
Dari survei terakhir ARC Indonesia, berdasarkan peta parpol, suara PDIP memang tidak solid.
Sebanyak 25,51 persen kader PDIP tetap memilih pasangan ErJI.
Namun, ada 11,33 persen kader PDIP yang mengalihkan dukungannya pada pasangan MAJU. (Faiq)
Baca tanpa iklan