Berita Pendidikan
Jasa Joki Masuk FK UMS Capai Rp 125 juta, Mahasiswa ITB & UGM yang Jadi Joki Hanya Dibayar Rp 5 Juta
Jasa Joki Masuk Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surabaya (FK UMS) Rp 125 juta, Tapi Mahasiswa ITB & UGM ini Hanya Dibayar Rp 5 Juta.
Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: Mujib Anwar
Jasa Joki Masuk Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surabaya (FK UMS) Tembus Rp 125 juta, Mahasiswa ITB & UGM yang Jadi Joki Hanya Dibayar Rp 5 Juta
TRIBUNMADURA.COM, SURABAYA - Panitia pelaksana tes masuk Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMS) gelombang kedua berhasil mengamankan sejumlah joki tes masuk perguruan tinggi.
Joki tes masuk perguruan tinggi tersebut diamankan panitia pada, Selasa (21/5/2019), di tengah jalannya pelaksanaan tes masuk FK UMS gelombang kedua.
Setidaknya ada empat joki tes masuk perguruan tinggi yang berhasil diamankan panita. Beberapa diantaranya adalah mahasiswa dari perguruan tinggi negeri (PTN) ternama di Indonesia.
Para joki tes masuk perguruan tinggi tersebut adalah, RD (18) dan Inam (19). Keduanya merupakan mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM). Lalu BA (22), mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB), dan MM (17), alumnus salah satu SMA Negeri di Kediri.
Sejumlah barang bukti berhasil diamankan oleh panitia, dari terbongkarnya aksi kasus joki masuk FK UMS gelombang kedua tersebut.
Sementara terkait alasan menjadi joki tes masuk perguruan tinggi, para pelaku berkilah untuk biaya kuliah.
• Selama 10 Tahun, Mahasiswi Pintar PTN di Surabaya ini Dijadikan Budak Seks Ayah Kandungnya Sendiri
• Prabowo Kalah di Pilpres 2019, Muslimat NU Pasuruan Tolak Gerakan People Power dan Imbau Persatuan
• Fakta Terbaru MUTILASI di Pasar Besar Malang, Korban Tak Bisa Penuhi Nafsunya Sugeng Resmi Tersangka
Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMS) Sukadiono mengungkapkan, tahun ini tes FK menggunakan sistem Computer Based Test, sehingga penggunaan kertas sangat minim.
Tetapi selama proses pelaksanaan tes, keempat pria tersebut melakukan gerak gerik yang mencurigakan.
"Mereka melakukan komunikasi via kertas yang disebar, satu joki membantu satu peserta. Akhirnya kami amankan dan memang mereka melakukan praktek perjokian," tegasnya, usai memeriksa keempat joki.
Menurut Suko, sapaan akrab Sukadiono, dua mahasiswa UGM tersebut mengaku berasal dari program studi Teknik Elektro dan Ilmu gizi.
Sementara mahasiswa dari ITB berasald ari prodi Teknik Elektro. Dan satu lulusan SMA yang menjadi joki merupakan lulusan tahun ini.
"Kami sudah minta KTP mereka dan akan kami lakukan laporan ke kepolisian, kemudian berita acaranya akan kami kirim ke UGM dan ITB. saya rasa perlu langkah antisipasi tes FK gelombang ketiga dan tahun berikutnya. Kami harus menambah kewaspadaan," tandas Sukadiono.
Menanggapi ditemukannya mahasiswa UGM yang melakukan praktek perjokian juga mendapat tanggapan serius dari Prof Lincolin Arsyad.
Prof Lincolin Arsyad merupakan guru besar Fakultas Ekonomi Bisnis UGM yang juga pengurus di bidang Pendidikan Tinggi Litbang PP Muhhamadiyah. Kebetulan saat itu dia sedang mengisi kegiatan di UMS.
"Saya sebagai akademisi dan sebagai guru besar UGM sangat kecewa dan malu atas peristiwa ini. Karena dua dari empat joki ini dari UGM, sangat memalukan almamater saya," sergahnya.
Prof Lincolin Arsyad berharap pihak berwajib dapat menyelesaikan dengan cara yang bijaksana.
Pasalnya keempat joki yang ditemukan mendapat komisi sekitar Rp 5 juta sampai Rp 10 juta.
Padahal peserta ujian yang ikut tes membayar Rp 125 juta untuk jasa joki. Sehingga perlu diusut jaringan joki tes masuk FK UMS ini.
Terkait sanksi dari UGM, menurutnya hal itu merupakan wewenang dari Rektor UGM.
"Yang pasti Rektor harus tahu ada anaknya yang melakukan praktek perjokian dan mereka sudah mengaku," katanya.
• Ribuan Pasukan Marinir dari Surabaya Dikerahkan Untuk Amankan Jakarta dari Aksi People Power 22 Mei
• 2 Mahasiswi UIN Malang Diduga Alami Pelecehan Seksual Dosen, Korban Trauma & Kasus Diumbar di Medsos
• Puluhan Ulama di Jatim Menyamar Saat Berangkat Aksi 22 Mei di Jakarta, Trik untuk Hindari Razia

Jadi Joki Untuk Biayai Kuliah
Ternyata alasan ekonomi dijadikan dalih pembelaan BA (22), salah satu joki tes masuk Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surabaya (FK UMS) gelombang dua.
Pria yang mengaku mahasiswa di Institut Teknologi Bandung (ITB) ini mengaku aksinya menjadi joki merupakan kali keduanya.
Yang pertama ia lakukan saat mendapat permintaan untuk menjadi Joki tes masuk kedokteran di salah satu universitas swasta di Surabaya dan kedua di UMS di jurusan yang sama.
"Jadi ketika koordinator (induk) mendapat client otomatis mereka butuh kami. Peran kami sebagai eksekutor dalam mengerjakan soal-soalnya," aku mahasiswa yang mengaku berasal dari satu jaringan joki yang berpusat di Surabaya dengan ketiga pelaku lainnya.
Dalam sekali aksinya, BA dan rekan-rekannya mendapat uang Rp 5 sampai Rp 10 juta.
Untuk sekali tes, strategi yang digunakan pun beda-beda dan satu orang joki hanya menangani satu orang peserta ujian.
"Jujur kami nyesel ngelakuin ini. Kami sudah tau ini konsekuensinya. Apa yang seharusnya gak dilakukan malah dilakukan. Tapi kami juga butuh biaya untuk uang kuliah kami. Meskipun itu tidak dibenarkan," tutur BA.
• KPU Umumkan Lebih Cepat Inilah Hasil Pilpres 2019, Suara Prabowo 68,6 Juta Jokowi Tetap Menang Tebal
• Busana Via Vallen Tuai Doa Usai Posting Foto Dirinya di Instagram, Tulisan Selawat Pelengkapnya
• Sugeng Lakukan Hal Ekstrim ke Organ Intim Korban Hingga Pingsan, Lalu Mutilasi di Pasar Besar Malang
Menurut BA, jika pihaknya merasa sangat menyesal dengan perbuatan mereka.
Meskipun sesekali BA tampak tersenyum menanggapi pertanyaan panitia, berbeda dengan ketiga pelaku lain yang terlihat syok.
"Kami minta maaf, karena ulah kami, mahasiswa yang mungkin diterima seharusnya sesuai dengan kualifikasi dari sisi akademik, jadi tidak seperti yang diinginkan universitas ini. Saya juga meminta maaf pada almamater saya," tegas mahasiswa yang mengaku menempuh studi di teknik elektro semester 6 ITB ini.
Sementara itu, EN (18), peserta ujian yang menggunakan jasa joki mengaku dirinya cukup tidak percaya diri untuk masuk di Fakultas Kedokteran UM Surabaya.
Untuk bisa menggunakan jasa joki tersebut, EN harus mengeluarkan uang sebesar Rp. 125 juta.
"Saya tahu ini karena ditawarin mulanya sama calo. Saya konsultasikan sama orang tua, orang tua meng iyakan. Baru pertama ini juga saya nyoba pakai joki," tutur peserta ujian asal Tulungagung ini.
Barang Bukti Penting Ikut Diamankan
Panitia tes masuk Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surabaya (FK UMS) telah mengamankan identitas dan kelengkapan pendaftaran empat joki dan satu pengguna jasa joki, Selasa (21/5/2019).
Hal ini dilakukan saat panitia memanggil kelima peserta tes yang terlihat berkomunikasi selama jalannya tes.
• Prabowo Subianto Kalah Pilpres 2019, Ini Jejak Keikutsertaannya pada Kontestasi Pilpres 3 Periode
• BREAKING NEWS - Diduga Mau ke Jakarta Bawa 4 Bom Molotov, 54 Orang Pamekasan Diamankan di Suramadu
• 25 Tahun Setia Jadi Nasabah Premium, Tabungan Rp 5 M Pria Surabaya ini Malah Raib, Begini Kisahnya
Humas Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMS), Radius Setiyawan mengungkapkan sejumlah dokumen kelengkapan peserta tes telah disita bersamaan dengan ponsel dan identitas diri kelima peserta tes tersebut.
Kelima peserta tes tersebut empat diantaranya diketahui merupakan penyedia jasa joki tes yaitu RD (18) dan Inam (19) mengaku sebagai mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM), BA (22) mengaku mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) dan MM (17) yang merupakan alumnus salah satu SMA negeri di Kediri.
"Data diri mereka kami dapat dari KTP dan SIM, kelengkapan peserta tes juga kami ambil. Apalagi slip pembayaran keempat orang joki dibayar atas nama rekening yang sama," katanya, Selasa (21/5/2019).
Kelengkapan peserta tes yang disita meliputi foto copy ijazah, slip pembayaran tes, soal dan jawaban tes. Kelima handphone peserta ini juga diambil panitia.
"Kami tidak menemukan KTM (Kartu Tanda Mahasiswa) mereka yang mengaku dari UGM dan ITB. Semua barang yang kami ambil kami serahkan ke polisi," tegasnya.
Untuk sementara status kelima pria yang terdiri dari penyewa dan empat joki ini masih saksi.
Namun, satu joki yaitu BA (22) akan dijerat dengan pasal pemalsuan identitas karena ditemukan data ijazah yang berbeda dengan KTP yang dimilikinya. (Sulvi Sofiana)