Blusukan Mensos Risma
Kritik Soal Blusukan yang Dilakukan Mensos Risma, Profesor Beri Saran Program yang Bisa Dilanjutkan
aksi blusukan yang dilakukan Menteri yang akrab disapa Risma ini menimbulkan pro dan kontra. Profesor Mas'ud mengkritisi cara penanganan PMKS
Penulis: Fatimatuz Zahroh | Editor: Aqwamit Torik
Harapan itu ia sampaikan agar Mensos yang saat ini bisa merancang program yang lebih sistematis.
Terlebih, Kemensos sejatinya sudah memiliki data yang terintegrasi terkait PMKS, yang menyatu di setiap provinsi, kabupaten dan kota.
"Jika beliau merancang program dengan sistematis maka bisa diintergrasikan dengan program yang dilakukan di kabupaten kota, jadi dari Kemensos, ke Dinas Sosial setempat terintegtasi. Seperti yang kini ada di Kota Malang, Desaku Menanti yang kini telah berhasil menjadi kampung Wisata Topeng, yang mampu mengangkat ekonomi masyarakat," tegasnya.
Baca juga: Viral Video Bullying di Alun-alun Gresik, Polisi Tangkap 7 Pelaku, Pemkab Akan Memberi Pendampingan
Baca juga: Gisel Menyesal, Tangis Wijin Langsung Pecah Usai Mama Gempi Minta Maaf Soal Video Syur: Berpelukan
Di wisata kampung topeng, adalah format penanganan tunawisma atau gepeng yang sudah terintegrasi.
Anak-anak mendapatkan pendidikan formal dan informal.
Dan mereka diberikan bekal mulai mainan dan juga pembangun skill.
Begitu juga dengan ibu-ibu, diberikan pelatihan menjahit.
Mereka dilatih untuk membuat makanan olahan untuk kemudian dipasatkan ke kota.
Berkolaborasi dengan peguruan tinggi, produk olahan ibu-ibu tersebut dibenahi pacakingnya.
Kemudian untuk para bapak-bapak, diberikan pekerjaan membuat topeng.
Topengnya dijual ke publik wisatawan yang datang.
Dengan harga sekitar Rp 15 ribu, mereka bisa menjual lebih dari lima sehari.
Belum lagi jika hari besar tertentu, maka harganya lebih besar.
Dan para anak muda juga diberikan alat musik, dan sound sistem agar mereka bisa mengeksplorasi seni dan bakat di bidang musik.
Mereka biasa tampil menghibur dan mendapatkan penghasilan.
