Berita Madura

Pemkab Sampang Tetap Ngotot Realisasikan Rencana Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Srimangunan

Sebelumnya para pedagang yang berada di Blok C Pasar Tradisional Srimangunan menolak, bahkan telah wadul ke pihak legislatif.

Penulis: Hanggara Pratama | Editor: Ficca Ayu
TribunMadura.com/Hanggara Pratama
Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskoperindag) Sampang, Chairijah. 

Laporan Wartawan TribunMadura.com, Hanggara Pratama 

TRIBUNMADURA.COM, SAMPANG - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sampang, Madura tetap ngotot realisasikan rencana relokasi pedagang basah dari Pasar Tradisional Srimangunan ke Pasar Margalela, Kamis (10/8/2023).

Padahal, sebelumnya para pedagang yang berada di Blok C Pasar Tradisional Srimangunan menolak, bahkan telah wadul ke pihak legislatif dengan didampingi Asosiasi Pedagang Pasar Indonesia.

Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskoperindag) Sampang, Chairijah mengatakan bahwa rencana relokasi telah terkonsep melalui kajian yang matang.

Sehingga, segala kekhawatiran pedagang ikan dan sayur yang membuat mereka menolak direlokasi telah diperhitungkan sebelumnya.

Baca juga: Pedagang Pasar di Sampang Geruduk Gedung DPRD, Tuntut Rencana Relokasi: Tak Langsung Laku

Baca juga: Bupati Baddrut Tamam Lantik 176 Pejabat di Lahan Pasar Kolpajung, Ajak Spirit Bangun Pamekasan

Adapun kekhawatiran itu kata Chairijah berupa pembeli menjadi sepi dan pelanggan juga berkurang.

"Kami yakin justru dengan direlokasi ke Pasar Margalelah maka para pedagang ikan maupun sayur tersebut akan lebih bersih serta tertata sesuai fungsinya," ujarnya.

Menurutnya, selama ini kondisi Pasar Tradisional Srimangunan penataannya kurang baik karena mencampur adukkan semua pedagang, seperti pedagang kain dan dengan pedagang ikan dan sayur maupun pedagang lainnya.

"Jadi tujuan direlokasi ialah ingin menjadikan Pasar Srimangunan seperti PGS (Pusat Grosir Surabaya) dan pasar Turi Surabaya," ungkapnya. 

Terlebih tanpa disadari, kondisi saat ini jumlah pedagang melebihi kapasitas, alias over load. Dari 385 pedagang pada 2005, kini membludak menjadi 674 pedagang.

"Overloadnya ini apakah pernah terpikirkan oleh mereka (pedagang) yang berdampak pada sepinya pembeli akibat terlalu banyaknya para pedagang di blok C," pungkasnya.

Baca Berita Madura lainnya

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunMadura.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved