Kesehatan
3 Kondisi yang Perlu Diperhatikan Penderita Diabetes Saat Ramadan, Jika Mengalaminya Batalkan Puasa!
Sebagai penderita diabetes, penting untuk melakukan pemeriksaan kadar gula darah puasa secara berkala. Tes ini dilakukan setelah puasa selama 8-10 jam
Penulis: Afrilia Mustika Damayanti | Editor: Titis Suud
TRIBUNMADURA.COM - Berpuasa selama bulan Ramadan merupakan suatu kewajiban bagi seluruh umat Islam.
Namun, penderita diabetes perlu memperhatikan beberapa hal ini saat menjalani ibadah puasa Ramadan.
Jika mengalami tiga kondisi ini, penderita diabetes sebaiknya membatalkan puasa.
Apa saja kondisi tersebut?
Untuk diketahui, diabetes adalah suatu kondisi di mana tubuh mengalami kesulitan dalam mengatur kadar gula dalam darah.
Penderita diabetes harus memperhatikan keadaan fisik mereka sebelum menjalankan puasa, karena perubahan pola makan dan jadwal konsumsi obat dapat mempengaruhi kadar gula darah.
Berdasarkan informasi dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), sesorang dapat dikategorikan mengalami diabetes apabila kadar gula darah puasa mencapai 126 miligram per desiliter (mg/dL).
Sementara itu, kadar gula darah puasa yang dianggap normal berkisar antara 70 hingga 100 mg/dL.
Sebagai penderita diabetes, sangat penting untuk melakukan pemeriksaan kadar gula darah puasa secara berkala. Tes ini dilakukan setelah tidak makan dan minum (puasa) selama 8-10 jam.
Baca juga: Cek Kesehatan Gratis Mulai Terealisasi di Sampang, Warga Tinggal ke Puskesmas saat Ulang Tahun
Dengan melakukan pemeriksaan kadar gula darah puasa, seorang penderita diabetes dapat mengetahui apakah kondisi tubuhnya berada dalam batas aman atau memerlukan tindakan medis.
Setidaknya, terdapat tiga kondisi yang harus diperhatikan penderita diabetes. Jika mengalaminya, segera batalkan puasa, yaitu:
1. Kadar gula darah rendah
Apabila kadar gula darah kurang dari 70 mg/dL, maka kondisi tersebut menunjukkan terjadinya hipoglikemia.
Gejala hipoglikemia dapat menampilkan gejala yang bervariasi, mulai ringan hingga berat.
Gejala ringan dari hipoglikemia meliputi pusing, kulit tampak pucat, kesemutan pada bibir, detak jantung yang cepat, kelelahan, dan perasaan tidak nyaman.
Sementara itu, gejala berat hipoglikemia yaitu mengantuk, gangguan penglihatan, kebingungan, perilaku menyerupai orang yang sedang mabuk, kejang, serta kehilangan kesadaran.
Gejala ringan dari kondisi ini dapat diatasi dengan mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung gula tinggi. Sedangkan untuk gejala berat hipoglikemia, diperlukan penanganan medis.
2. Kadar gula darah terlalu tinggi
Baca juga: Awal Februari 2025, Dinas Kesehatan P2KB Sumenep Sebut Program UHC Tembus 99,73 Persen
Baca juga: Virus HMPV Merebak di China, Dinkes Sampang Minta Warga Terus Berperilaku Hidup Sehat
Ketika kadar gula darah lebih dari 300 mg/dL, maka kondisi itu disebut hiperglikemia.
Kondisi ini terjadi ketika Diabetes Melitus (DM) pada seseorang tidak terkontrol dengan baik, sehingga menyebabkan kadar glukosa dalam darah meningkat secara signifikan.
Gejala hiperglikemia meliputi mulut dan kulit yang kering, rasa haus yang berlebihan, pusing, serta penglihatan yang kabur. Selain itu, penderita juga sering mengalami buang air kecil, napas yang terengah-engah, dan bau napas yang tidak sedap.
Hiperglikemia dapat menimbulkan dampak serius bagi kesehatan seorang penderita diabetes.
Kondisi ini berpotensi menyebabkan penurunan kesadaran, infeksi berulang, serta penurunan berat badan.
3. Dehidrasi

Penderita diabetes disarankan untuk membatalkan puasa apabila mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh.
Dehidrasi ditandai dengan sejumlah gejala, seperti mulut kering, urine yang berwarna gelap atau pekat, rasa kantuk dan kelelahan yang berlebihan, kram otot, serta demam.
Penderita diabetes sering mengalami dehidrasi karena tubuh mereka kekurangan cairan saat berpuasa. Akibatnya, mereka harus mendapatkan lebih banyak cairan setelah berbuka puasa hingga waktu sahur.
Orang yang menderita diabetes harus minum lebih banyak air putih daripada minuman manis atau minuman yang mengandung kafein, seperti teh dan kopi.
Hal ini diakrenakan minuman berkafein memiliki kemampuan untuk meningkatkan frekuensi buang air kecil, sehingga menyebabkan dehidrasi.
Penderita diabetes juga harus melakukan pemeriksaan seperti stratifikasi risiko, yaitu penggolongan risiko rendah, sedang, atau tinggi bagi penderita diabetes saat menjalani puasa.
Pada kategori risiko tinggi, terdapat kemungkinan bahwa puasa dapat menjadi tidak aman. Sedangkan pada kategori risiko sedang, puasa dianggap kurang aman. Sementara pada kategori risiko rendah, puasa cenderung dianggap aman.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di TribunMadura.com
bulan Ramadan
diabetes
puasa
gula darah
dehidrasi
hiperglikemia
TribunMadura.com
Tribun Madura
hipoglikemia
Orang Kurus Bisa Kolesterol Tinggi, Ini 6 Ciri-ciri yang Harus Diwaspadai |
![]() |
---|
Dr Zaidul Akbar Ungkap Obat Alami Sembuhkan Ambeien, Cukup Gunakan Rumput Laut dan Lidah Buaya |
![]() |
---|
Tak Hanya Ganggu Tidur, Ini 6 Bahaya Lain Tidur Dekat HP yang Jarang Disadari |
![]() |
---|
Sering Tidur Tengkurap? Ini Manfaat Tak Terduga dan Risiko Kesehatan yang Mengintainya |
![]() |
---|
Kenali 7 Manfaat Pistachio, Camilan Sehat untuk Menjaga Kadar Gula Darah Bagi Penderita Diabetes |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.