Berita Viral
Sudin Setia Mengajar di Sekolah Rusak Meski Digaji Rp300 Ribu: Orang-orang Tutup Mata
Kegigihan Muhammad Sudin Nurbaty, seorang guru di Indonesia Timur patut diacungi jempol. Di tengah keterbatasan, ia tetap mengajar anak didiknya.
TRIBUNMADURA.COM - Kegigihan Muhammad Sudin Nurbaty, seorang guru di Indonesia Timur patut diacungi jempol.
Di tengah keterbatasan, ia tetap mengajar anak didiknya.
Sudin merupakan potret nyata, bagaimana ketulusan dalam mengajar.
Dia mengajar di Madrasah Tsanawiyah (MTs) LKMD Werinama di Kecamatan Werinama, Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT), Maluku.
Dia tetap mengajar dengan penuh dedikasi meski menghadapi keterbatasan fasilitas, gaji rendah, dan akses pendidikan yang tidak merata, terutama di daerah terpencil.
Sudin mengaku tak kuasa melihat sekolah agama itu dibiarkan rusak.
Ia dan beberapa guru bahkan berinisiatif memperbaiki sebagian bangunan menggunakan dana pribadi.
Baca juga: Sosok Polisi Viral Miliki Jeep Rubicon, Pelat Gantung Disorot: Siap Tanggung Konsekuensi
“Kami punya kepala sekolah sekarang, Pak Usman Suni, baru dua tahun. Beliau juga perihatin sekali. Sekolah ini sudah seperti bangun dari nol lagi,” ujar Muhammad Sudin Nurbaty, salah satu guru di sekolah tersebut, Rabu (15/10/2025).
Pihaknya menilai, sekolah tersebut seolah terabaikan, padahal letaknya tidak jauh dari jalan lintas Seram.
“Ini bukan sekolah di pedalaman. Transportasi gampang, tapi orang-orang sepertinya tutup mata."
"Setiap musim pemilihan, mereka lewat depan sekolah ini,” keluh Sudin.
Ia berharap pemerintah daerah hingga pusat mau turun tangan memperbaiki bangunan sekolah tersebut.
“Kalau pejabat datang lihat langsung, saya yakin mereka akan tergerak. Karena kalau dibiarkan begini, dosa besar. Ini sekolah agama, bukan kandang,” tutupnya.
Berdasarkan pemantauan dalam foto yang diterima, kondisi sebuah ruang kelas atau bangunan Madrasah Tsanawiyah (MTs) LKMD Werinama mengalami kerusakan parah.
Seorang pria berdiri di dalam ruangan tersebut, menunjuk ke arah sudut atas dinding—kemungkinan besar menunjukkan titik kerusakan atau pertumbuhan jamur.
Adanya kerusakan struktural seperti cat yang mengelupas, dinding lembab, dan langit-langit yang dipenuhi jamur atau noda air.
Ini menandakan kurangnya perawatan dan potensi bahaya kesehatan.
Cahaya alami masuk melalui jendela besar berbingkai hijau dengan desain kayu silang di bagian atas, memberikan kontras antara keindahan luar dan kerusakan dalam.
Terlihat atap yang bocor, dinding lapuk, kaca jendela pecah, dan lantainya hancur.
Namun di tengah kondisi itu, para guru masih setia datang mengajar setiap harinya.
“Sampai sekarang anak-anak belajar di ruang bocor, duduk di lantai, kursi pakai plastik, meja pun masih kurang,” ujar Muhammad Sudin Nurbaty, salah satu guru di sekolah tersebut, Rabu (15/10/2025).
Sudin menceritakan, sekolah tempatnya mengabdi itu memiliki tujuh ruangan belajar.
Tetapi hanya tiga ruang belajar yang masih bisa digunakan, selebihnya rusak berat, bahkan beberapa sudah berubah fungsi menjadi gudang.
“Atapnya bocor semua, lantainya pecah. Ruangan bekas kantor sekarang sudah jadi gudang karena tidak bisa dipakai lagi,” ungkapnya.
Lebih lanjut diakuinya, proses belajar mengajar sering terganggu saat hujan.
Air yang masuk dari celah atap membuat siswa harus memindahkan meja kursi dan belajar di sisi ruangan yang masih kering.
“Kalau hujan, kami siasati. Bocor di dekat pintu, jadi meja guru kami singkirkan. Anak-anak minggir biar tidak kena air,” katanya.
Kondisi memprihatinkan itu bukan hanya pada ruang kelas, tetapi juga pada asilitas umum, lantaran hanya satu kamar mandi yang digunakan bersama antara guru dan murid.
“Itu WC satu saja, sudah campur antara guru dan murid. Letaknya di antara dua dinding, sudah rusak juga,” ujar Sudin.
Meski fasilitas minim, semangat para guru tak pernah surut.
Dari total 10 guru di MTs LKMD Werinama, hanya satu orang berstatus pegawai negeri sipil (PNS), selebihnya adalah relawan.
“Guru-guru di sini kebanyakan relawan. Dua di antaranya malah sudah pensiun tapi masih mengajar karena niatnya mau jadikan amal jariyah,” ungkapnya.
Gaji pun nyaris tak bisa diandalkan. Menurut Sudin, mereka hanya menerima upah sekitar Rp. 300 ribu setiap bulannya, itu pun sering terlambat.
“Tiga bulan baru dapat Rp. 300 ribuan, kadang juga belum dibayar. Tapi kami tetap datang, karena ini ibadah,” ucapnya lirih.
Artikel ini telah tayang di TribunAmbon.com
| Kepala SPPG Blunder Fatal Akibatkan Saldo Rp1 Miliar untuk MBG Lenyap |
|
|---|
| Demi Wasiat Ibu, Kakak Beradik Rela Tak Makan 28 Hari, Bertahan hanya dengan Air Putih |
|
|---|
| Sosok Pebalap Muda Indonesia Kiandra Ramadhipa Start ke-24 Finis Pertama di Catalunya |
|
|---|
| Pasal yang Digunakan Polisi Jerat Pengeroyok Musafir hingga Tewas di Masjid |
|
|---|
| ASN Curhat Mau Pensiun Sulit Naik Pangkat karena Pungli Kini Dapat Solusi |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/madura/foto/bank/originals/Kondisi-ruang-kelas-sekolah-MTs-LKMD-Werinama-di-Kecamatan-Werinama-Kabupaten-SBT.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.