Berita Sampang
Kisah Petani di Sampang yang Tolak Modernisasi Demi Lestarikan Tradisi Membajak Sawah dengan Sapi
Inilah kisah petani di Sampang yang tolak modernisasi demi lestarikan tradisi bajak sawah dengan sapi.
Penulis: Hanggara Pratama | Editor: Januar
Dia tidak menepis bahwa menggunakan sapi jauh lebih lelah.
Dibutuhkan tenaga besar dan kesabaran tinggi untuk mengarahkan sapi agar tetap lurus membajak.
Namun bagi Damhuji, ada kepuasan tersendiri.
"Rasanya seperti menyatu dengan tanah," ungkapnya.
Damhuji mengakui penggunaan sapi punya keuntungan ekonomis sebab, kalau sewa mesin bisa sampai Rp 200 ribu sampai Rp 300 ribu satu petak sawah.
"Kalau pakai sapi, apalagi sapi milik sendiri, biaya hampir tidak ada," tuturnya.
Namun bagi Damhuji, uang hanya bagian kecil dari alasan. Tradisi yang menjadi poros utamanya.
Melihat Damhuji membajak sawah adalah seperti menyaksikan potongan waktu yang bertahan dari derasnya arus perubahan.
Ketika sebagian petani memilih efisiensi dan kecepatan, Damhuji memilih keberlanjutan dan nilai.
Dia memilih suara hati ketimbang suara mesin.
"Selama saya masih mampu pegang bajak ini, sapi tetap akan jalan bersama saya," pungkasnya.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunMadura.com
| Serapan Anggaran Baru 63,85 Persen, DPRD Sampang Desak Pemkab Gaspol Realisasi Rp 777 Miliar |
|
|---|
| Detik-detik Polisi Kepung Persembunyian Pelaku Pembacokan SPBU Camplong, Tapi Hasil Nihil |
|
|---|
| Marak Oknum Agen BRILink Nakal di Desa, BRI Sampang Warning KPM Bansos Tidak Serahkan Data Rekening |
|
|---|
| Puluhan Surat Pemberitahuan Aksi Masuk ke Polres Sampang, Sebagian Besar Demo Batal Digelar, Kenapa? |
|
|---|
| Perusuh yang Beraksi saat Demo di Sampang Tak Bisa Tidur Nyenyak, Polisi Memburu Pelaku |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/madura/foto/bank/originals/MENOLAK-MODERNISASI-Di-tengah-modernisasi-pertanian-yang-melaju-kenca.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.