Berita Sampang

Kisah Petani di Sampang yang Tolak Modernisasi Demi Lestarikan Tradisi Membajak Sawah dengan Sapi

Inilah kisah petani di Sampang yang tolak modernisasi demi lestarikan tradisi bajak sawah dengan sapi.

Penulis: Hanggara Pratama | Editor: Januar
TribunMadura.com/ Hanggara
MENOLAK MODERNISASI : Di tengah modernisasi pertanian yang melaju kencang, Damhuji, seorang petani berusia 54 tahun, asal Desa Daleman, Kecamatan Kedungdung, Kabupaten Sampang, Madura masih setia pada cara lama, membajak sawah dengan menggunakan dua ekor sapi, Senin (3/11/2025). 

Dia tidak menepis bahwa menggunakan sapi jauh lebih lelah.

Dibutuhkan tenaga besar dan kesabaran tinggi untuk mengarahkan sapi agar tetap lurus membajak.

Namun bagi Damhuji, ada kepuasan tersendiri.

"Rasanya seperti menyatu dengan tanah," ungkapnya.

Damhuji mengakui penggunaan sapi punya keuntungan ekonomis sebab, kalau sewa mesin bisa sampai Rp 200 ribu sampai Rp 300 ribu satu petak sawah.

"Kalau pakai sapi, apalagi sapi milik sendiri, biaya hampir tidak ada," tuturnya.

Namun bagi Damhuji, uang hanya bagian kecil dari alasan. Tradisi yang menjadi poros utamanya.

Melihat Damhuji membajak sawah adalah seperti menyaksikan potongan waktu yang bertahan dari derasnya arus perubahan.

Ketika sebagian petani memilih efisiensi dan kecepatan, Damhuji memilih keberlanjutan dan nilai.

Dia memilih suara hati ketimbang suara mesin.

"Selama saya masih mampu pegang bajak ini, sapi tetap akan jalan bersama saya," pungkasnya.

 
 
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunMadura.com

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved