Mendikbud Hapus Ujian Nasional
Ujian Nasional Dihapus Mendikbud, Guru dan Wali Murid Beber Alasan Dukung Kebijakan Nadiem Makarim
Kebijakan Mendikbud Nadiem Makarim untuk menghapus Ujian Nasional mendapat respon positif dari guru dan wali murid.
Kebijakan Mendikbud Nadiem Makarim untuk menghapus Ujian Nasional mendapat respon positif dari guru dan wali murid
Laporan Wartawan TribunMadura.com, Kuswanto Ferdian
TRIBUNMADURA.COM, PAMEKASAN - Kebijakan penghapusan Ujian Nasional yang dirancang Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ( Mendikbud ), Nadiem Makarim, terus mendapat banyak dukungan dari sejumlah pihak.
Satu di antara pihak yang mendukung Mendikbud Nadiem Makarim menghapus Ujian Nasional datang dari Chandra Kirana.
Guru MAN 2 Pamekasan itu mengaku, Ujian Nasional dihapus merupakan impiannya sejak menjadi guru.
• Ujian Nasional Dihapus Mendikbud, Guru dan Wali Murid di Pamekasan Dukung Kebijakan Nadiem Makarim
• Polisi Pamekasan yang Ditusuk Pisau Komando Anggota TNI Dikabarkan Meninggal, Bgini Fakta Sebenarnya
• Beredar Kabar Hotel di Banyuwangi Diimbau Tak Pasang Atribut Natal, Ternyata Begini Faktanya
Ia tak menampik, banyak hal yang harus dipersiapkan sekolah dan guru untuk menghadapi Ujian Nasional.
"Mempersiapkan pelaksanaan UN itu ruwet," katanya kepada TribunMadura.com, Kamis (12/12/2029).
"Mulai adanya permasalahan karena soal yang sama, soal ada 2 jenis, ada 5 jenis tiap kelas," ucap dia.
"Belum lagi menyiapkan komputerisasi dengan persiapan yang luar biasa," lanjutnya.
Chandra menilai, Ujian Nasional menjadi sesuatu yang sangat menakutkan bagi siswa, guru, bahkan orang tua.
Ketika pelaksanaan UN akan dimulai, baik siswa, guru dan orang tua punya rasa kekhawatiran yang sangat tinggi.
• Mendikbud Nadiem Makarim Hapus Ujian Nasional, MKKS Pamekasan Akui Setuju dan Berikan Saran
• Ujian Nasional Dihapus, Pengamat Minta Kebijakan Mendikbud Nadiem Makarim Terus Didukung Semua Pihak

"Proses belajar selama 3 tahun hanya ditentukan oleh ujian akhir selama 3 hari, bagi saya ini tidak seimbang dengan proses panjang yang telah dilalui," ujarnya.
"Belum lagi kalau ada siswa tidak memenuhi kriteria kelulusan, maka siswa akan tidak lulus," lanjutnya.
"Ada yang ikut ujian perbaikan dan bahkan ada yang belajar lagi selama 1 tahun. Ini saya rasa sangat merugikan," sambung dia.
Bahkan, kata Chandra, dalam pelaksanaan UN, semua bidang studi tidak diujikan, hanya beberapa bidang studi saja.
Padalah selama 3 tahun yang dipelajari oleh siswa-siswa semua mata pelajaran.
"Ujian nasional hanya menilai pengetahuan, sedang urusan afektif tidak tersentuh," ucapnya.
• Mendikbud Nadiem Makarim Hapuskan Ujian Nasional, Begini Tanggapan Serius Gubernur Jatim Khofifah
• Mendikbud Nadiem Makarim Pastikan 2020 Jadi Tahun Terakhir Siswa Laksanakan Ujian Nasional
"Hal lainnya adalah masalah soal ujian. Siswa di daerah diuji dengan soal yang tarafnya nasional," lanjut dia.
"Pembuat soalnya tim khusus yang terpusat, bukan guru pengajarnya. Ini suatu hal yang saya rasa kurang adil, karena tiap daerah kondisi SDMnya tidak sama," tambahnya.
Tidak hanya itu, Chandra menilai, tidak adil jika Ujian Nasional menjadi standar kelulusan siswa dengan variasi angka yang berbeda dalam beberapa tahun.
Sebab, siswa dituntut harus puas dengan angka 5.50, bahkan ada yang meraih angka 4 dengan prinsip yang penting lulus.
"Sungguh tidak indah dipandang saat nilai ujian tak satupun ada angka 8 nya dan akan dijadikan berkas seumur hidup, bahkan mungkin akan jadi warisan bagi anak cucunya," ujarnya.
Chandra juga mengeluhkan, ketika UN sudah berlangsung malah guru yang menjaga bukan gurunya sendiri.
• DPMD Sumenep Pastikan Kehadiran Ujian Kepemimpinan Bacakades Tak Pengaruhi Penguguran Pencalonan
• Pidato Nadiem Makarim Viral, Pengamat Sebut Bahasan Pendidikan yang Tak Disukai Kini Berubah
Sekalipun tujuannya untuk menghindari kecurangan dalam mengerjakan soal, Chandra menyebut, itu akan berpengaruh kepada psikologis siswa.
Menurutnya, siswa cenderung akan takut serta tegang dalam mengerjakan soal UN.
"Yang lebih parah lagi saat ujian dijaga pihak lain bahkan polisi karena soal ujian adalah rahasia negara," ucap dia.
Saya rasa ini membuat siswa kurang nyaman dan terkesan menakutkan," keluhnya.
"Terus terang guru juga sangat khawatir, takut siswanya memperoleh nilai yang jauh dari harapan," tuturnya.
"Bahkan banyak yang tidak lulus. Ini nama baik sekolah, kalau banyak yang tidak lulus bisa berakibat kepada menurunnya minat masyarakat," tegasnya.
• Didatangi Nenek dalam Mimpi, Pria Sampang Habisi Nyawa Pemuda Desa, Sebut Korban Punya Ilmu Hitam
• Dituduh Punya Ilmu Santet, Pemuda Desa di Sampang Dibunuh Tetangganya Pakai Raket Listrik Nyamuk
Sementara itu, wali murid SMKN 3 Pamekasan, Erry Sugianto mengaku setuju jika ujian nasional dihapus.
Menurutnya, penyerataan pendidikan di semua wilayah itu belum tentu sama.
Sehingga tidak adil kalau penilaian akhir siswa dibebankan ke nilai UN tanpa mempertimbangkan hasil belajar selama tiga tahun.
"Secara pribadi saya setuju kalau UN itu dihapuskan karena di Indonesia kan pendidikan belum merata apalagi di daerah pedalaman," katanya.
"Jadi, saran saya harus ada pembaharuan. Gimana caranya agar siswa berkualitas ketika lulus dari sekolahnya?," sambung pria yang akrab disapa Erick tersebut.
• Jelang Libur Natal dan Tahun Baru, Tiket KA Brantas dan KA Kahuripan Ludes Terjual di Stasiun Blitar
• Bantah Dituduh Jadi Otak Kaburnya Empat Tahanan Polresta Malang Kota, Sokip: Mereka yang Mau Ikut
Erick menambahkan, jika UN dihapus, Sumber Daya Manusia (SDM) seperti guru yang mengajar di dunia pendidikan harus berkompeten.
"Malah nanti jangan sampai para guru tidak maksimal dalam mengajar untuk para siswanya ketika UN jadi dihapus," ucap dia.
"Harus ada barometer kontrol untuk para guru dan murid," tambahnya.
Lebih lanjut, Erick berharap, pembaharuan untuk pendidikan kedepannya bisa membuat para siswa mengerti pelajaran di sekolah.
Tetapi, kata dia, harus jelas standar kompentensinya seperti apa.
"Harus ada penyelesaian agar semua pendidikan merata terutama di daerah. UN dihapus tidak masalah tapi pengajaran guru harus ditingkatkan," pungkas dia.
• Jelang Natal dan Tahun Baru, Satlantas Polres Pamekasan Gelar Razia Kendaraan di Jalan Agus Salim
• Jumlah Penumpang Kereta Api selama Libur Natal dan Tahun Baru Diprediksi Mencapai 5,9 Juta Orang