Festival di Sumenep Berakhir Ricuh
Budayawan Ibnu Hajar Sayangkan Pertunjukan Kesenian Fertival Dewi Cemara Berujung Ricuh di Sumenep
Budayawan asal Sumenep, Ibnu Hajar mengungkapkan rasa kekecewaannya dengan peristiwa pertunjukan kesenian dua kelompok musik tong-tong
Penulis: Ali Hafidz Syahbana | Editor: Januar
Laporan Wartawan TribunMadura.com, Ali Hafidz Syahbana
TRIBUNMADURA.COM, SUMENEP - Budayawan asal Sumenep, Ibnu Hajar mengungkapkan rasa kekecewaannya dengan peristiwa pertunjukan kesenian dua kelompok musik tong-tong (Angin Ribut dan Gong Mania) pada acara 'Festival Dewi Cemara Jawa Timur 2023' yang berlangsung di kabupaten berjuluk Kota Keris, pada Jumat (3/11/2023) malam.
Ibnu Hajar menegaskan, pertunjukan dua kelompok musik tradisional khas Sumenep tersebut dinilainya sudah tidak mencerminkan perilaku budaya Sumenep, Madura.
"Saya merasa kaget terjadi ajang seperti itu dan saya sangat menyayangkan sekali. Budaya kita kan Andhap Asor, gotong royong dan lemah lembut," tutur Ibnu Hajar pada TribunMadura.com, Sabtu (4/11/2023).
Ia menceritakan, bahwa pertunjukan kesenian dua kelompok musik tong-tong (ul daul) yang kedunya pernah menyabet juara se- Madura itu (Angin Ribut juara 1 Tahun 2023, Gong Mania juara 1 Tahun 2022) di acara Festival Dewi Cemara itu dipandang sama sekali tidak bisa dinikmatinya dengan olah rasa.
Baca juga: Soal Kerusuhan Festival Dewi Cemara 2023, DPRD Sumenep Kecewa dan Minta Evaluasi: Orang Pasti Takut
"Saya tidak tahu, mereka itu menikmatinya dengan apa. Sehingga terjadi ajang yang (memalukan) seperti itu," kata Ibnu Hajar.
Budayawan dengan ciri khas berkacamata ini menjelaskan, ketika seni sudah tidak bisa dinikmati dengan hati, maka penikmatnya tidak akan menemukan keindahan maupun kenyamanan.
Padahal kata alumni Ponpes Mathaliul Anwar Pangarangan Sumenep ini, filosofi dari musik Ul Daul (tong-tong) itu merupakan salah satu sarana untuk mempersatukan masyarakat dalam hentakan-hentakan dan bunyi-bunyian yang memiliki harmonisasi yang indah.
"Kalau sudah tidak harmoni kan kacau. Tapi, jika harmoni kedengarannya enak di telinga. Jadi filosofinya adalah bagaimana kita menciptakan harmonisasi dalam hidup, keseragaman dalam hidup. Sehingga terbentuk dinamisasi kebudayaan," tegasnya.
Dengan adanya tragedi itu lanjutnya, menjadi pukulan telak bagi semua pihak mulai dari pelaku kesenian, penikmatnya, masyarakat umum hingga Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep.
Padahal kata Ibnu Hajar, kesenian Musik Tong-tong akan diajukan sebagai warisan tak benda milik Sumenep.
"Tong-tong sudah mau kita ajukan menjadi kekayaan tak benda yang khas Sumenep kekayaan intelektual itu. Tapi, kalau terjadi seperti ini kan penikmatnya mendistorsi sendiri kalau seperti itu," katanya.
Dirinya berharap, tragedi memalukan nama baik Sumenep itu tidak pernah terulang lagi dan masyarakat bisa lebih menghayati produk kebudayan dengan olah rasa sehingga bisa menikmati keindahannya.
"Harapan saya, ini semoga menjadi peristiwa pertama dan terakhir lebih-lebih dalam persoalan kesenian kebudayaan," harapnya.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunMadura.com
TribunBreakingNews
Running News
berita viral lokal
Festival Dewi Cemara
Sumenep
Tribun Madura
berita Sumenep terkini
| Soal Kerusuhan Festival Dewi Cemara 2023, DPRD Sumenep Kecewa dan Minta Evaluasi: Orang Pasti Takut |
|
|---|
| Festival Dewi Cemara Rusuh, Bupati Sumenep Bongkar Pihak yang Bikin Suasana Panas: Harus Ditindak |
|
|---|
| Suasana Sudah Kondusif, Cak Fauzi Pastikan Insiden Dewi Cemara Diusut Tuntas |
|
|---|
| Petugas Gabungan Gercep Redam Kericuhan Festival Dewi Cemara di Sumenep, Polisi Periksa Saksi-saksi |
|
|---|
| 1 Polisi dan 2 Warga Jadi Korban Kericuhan Festival Dewi Cemara di Sumenep: Tulangnya Retak |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.