Vape vs Rokok Tembakau, Mana yang Lebih Berbahaya? ini Kata Peneliti

Di balik kemasan modern dan aroma beragamnya, vape ternyata tetap menyimpan ancaman kesehatan yang serius.

Penulis: Lia Handayani | Editor: Arie Noer Rachmawati
Kompas.com
PENGGUNA ROKOK ELEKTRIK - Ilustrasi rokok elektrik atau vape. Bahaya rokok elektrik bagi kesehatan tubuh dapat memicu resiko kekebalan tubuh. 

Meningkatnya Tren Penggunaan Vape di Kalangan Muda

Di Amerika Serikat, rokok elektrik kini menjadi produk nikotin paling banyak digunakan kedua setelah rokok tembakau, terutama di kalangan anak muda.

Menurut laporan Centers for Disease Control and Prevention (CDC), jumlah pengguna vape meningkat dari 3,7 persen menjadi 4,5 persen hanya dalam satu tahun, dari 2020 ke 2021.

Menariknya, sekitar 30 persen pengguna vape juga masih merokok tembakau, menunjukkan bahwa produk ini tidak sepenuhnya menggantikan kebiasaan merokok konvensional.

Kandungan Vape yang Tak Kalah Berbahaya

Walau diklaim lebih ‘aman’, vape menghasilkan aerosol yang mengandung berbagai zat kimia berbahaya seperti senyawa organik volatil dan logam berat.

Kadar nikotin dalam vape juga dapat sangat tinggi, memicu kecanduan serta meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung.

Dalam jangka panjang, hal ini berpotensi menyebabkan penyakit serius seperti gangguan kardiovaskular, PPOK, dan bahkan gagal jantung.

Baca juga: Daftar Harga Rokok Konvensional dan Rokok Elektrik Terbaru, NAIK Per 1 Januari 2025

Bukti-Bukti Baru dari Penelitian Longitudinal

Penelitian lebih lanjut yang dilakukan secara longitudinal di mana peserta dipantau selama bertahun -tahun mengungkap fakta yang lebih dalam. Selama periode empat tahun, para peneliti mendokumentasikan:

  • 23.745 kasus baru hipertensi
  • 13.179 kasus diabetes tipe 2
  • 7.925 kasus PPOK
  • 9.801 kasus gagal jantung
  • 6.139 kasus penyakit kardiovaskular aterosklerotik

Data ini menunjukkan rokok tembakau secara eksklusif meningkatkan risiko kelima penyakit tersebut.

Sementara itu, vape secara eksklusif terbukti berhubungan signifikan dengan PPOK dan berpotensi meningkatkan risiko hipertensi.

Meski hasilnya belum sepenuhnya konklusif, temuan ini menjadi pijakan penting untuk riset lanjutan tentang dampak kesehatan rokok elektrik.

Profesor Blaha menegaskan, meskipun saat ini belum ditemukan hubungan yang kuat antara vape dan beberapa kondisi kronis seperti diabetes atau penyakit jantung aterosklerotik, efek terhadap paru-paru dan tekanan darah patut diwaspadai.

"Studi ini menyoroti bahwa rokok elektrik tetap bukan tanpa risiko. Bahkan jika risikonya lebih kecil dibandingkan rokok tembakau, bukan berarti ia aman untuk dikonsumsi," tegas Blaha dalam wawancara dengan SciTechDaily pada 19 April 2025.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di TribunMadura.com

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved