Berita Terkini Sumenep
Karapan Kerbau, Tradisi Balap Ekstrem, Identitas Budaya Kangean Sumenep
Warga Pulau Kangean justru punya tradisi balap yang tak kalah ekstrem dan jarang diketahui publik, yakni Karapan Kerbau
Penulis: Ali Hafidz Syahbana | Editor: Taufiq Rochman
Ringkasan Berita:
- Karapan Kerbau di Pulau Kangean kembali digelar pada Oktober 2025, melibatkan 40 pasang kerbau
- Tradisi ini mempertemukan kuda dan kerbau dalam satu lintasan, di mana joki menunggang kuda untuk mengejar pasangan kerbau, menciptakan atraksi yang memicu adrenalin dan menarik antusiasme warga
- Karapan kerbau menjadi wujud syukur setelah panen, ajang silaturahmi masyarakat, serta simbol identitas budaya Kangean yang mendapat dukungan pemerintah dan berpotensi menjadi daya tarik wisata
Laporan Wartawan TribunMadura.com, Ali Hafidz Syahbana
TRIBUNMADURA.COM, SUMENEP - Jika selama ini Madura dikenal dengan karapan sapi, warga Pulau Kangean justru punya tradisi balap yang tak kalah ekstrem dan jarang diketahui publik, yakni Karapan Kerbau.
Tradisi turun-temurun ini kembali digelar meriah pada pertengahan Oktober 2025, tepatnya di tanah Kangean, Kabupaten Sumenep.
Sebanyak 40 pasang kerbau ikut ambil bagian dalam ritual budaya yang menjadi kebanggaan masyarakat kepulauan tersebut.
Warga tumpah ruah memenuhi arena balap, menyaksikan kerbau-kerbau raksasa berlari kencang sambil dikejar joki berkuda, sebuah atraksi yang menjadi ciri khas karapan kerbau dan hanya bisa ditemukan di Pulau Kangean.
Berbeda dengan karapan sapi yang digelar di daratan Madura, karapan kerbau menyajikan kombinasi adu kecepatan dan ketangkasan.
Joki tidak menunggang kerbau, melainkan mengendalikan kuda sambil mengejar pasangan kerbau yang berlari di depannya.
Momen-momen ketika kuda dan kerbau saling berkejaran di lintasan selalu menjadi sorotan sekaligus membuat penonton berdebar.
Baca juga: Kericuhan Final Karapan Sapi Piala Presiden di Bangkalan: 1 Brimob Terluka, Pelaku Diamankan
Digelar Setiap Musim Panen
Tradisi ini digelar setiap musim panen sebagai wujud syukur masyarakat atas hasil buminya.
Selain itu, karapan kerbau menjadi ajang silaturahmi antarpemilik kerbau dari seluruh Kepulauan Kangean.
"Bagi kami, karapan kerbau bukan sekadar lomba. Ini warisan leluhur yang harus tetap hidup."
"Hadiah itu nomor dua, yang penting kebersamaan dan syukur setelah panen," tutur Gassing, salah satu warga asal Desa Arjasa. Rabu (19/11/2025).
Ketua Paguyuban Karapan Kerbau, Hudri mengapresiasi dukungan Pemerintah Kabupaten Sumenep yang selama ini dinilai selalu hadir dalam setiap kegiatan budaya di kepulauan.
"Pemerintah selalu mendukung kegiatan masyarakat, termasuk pelestarian budaya Kangean. Ini membuat kami makin semangat menggelarnya setiap tahun," katanya.
Kini, karapan kerbau bukan hanya hiburan rakyat, tetapi juga simbol identitas Pulau Kangean Sumenep dan potensi wisata budaya yang unik dan langka.
Dari Kangean, tradisi karapan kerbau menggaungkan pesan bahwa warisan budaya bukan hanya untuk dikenang, tetapi dirayakan dan diteruskan dari generasi ke generasi.
| Produksi Sudah Jalan, Rokok APHT Sumenep Tertahan Karena Pita Cukai Belum Turun |
|
|---|
| Satgas Anti-Bullying di Sumenep, Solusi Baru Cegah Perundungan di Sekolah |
|
|---|
| 1.225 Guru Ngaji di Sumenep Terima Tunjangan, Per Orang Dapat Rp1,2 Juta |
|
|---|
| Ops Zebra 2025: Satlantas Sumenep Bagikan Brosur Keselamatan di Pasar Pragaan |
|
|---|
| Penghargaan IHaI 2025, Bukti Keseriusan Sumenep Wujudkan Keharmonisan Sosial |
|
|---|
