Berita Terkini Sumenep

Hari Pohon Sedunia, Taman Kota Sumenep Malah Gundul Akibat Penebangan Pohon Besar

Momen Hari Pohon Sedunia, yang diperingati tanggal 21 November, di Kabupaten Sumenep tahun 2025 ini ternoda oleh sebuah pemandangan kontradiktif

Penulis: Ali Hafidz Syahbana | Editor: Taufiq Rochman
TribunMadura.com/Ali Hafidz Syahbana
DITEBANG - Sejumlah pohon besar di sisi selatan area Taman Bunga Sumenep ditebang, Jumat (21/11/2025). 

Ringkasan Berita:
  • Alih-alih menanam, sejumlah pohon besar berusia puluhan tahun di Taman Kota Sumenep justru ditebang, membuat kawasan yang semula teduh berubah gersang
  • Pegiat lingkungan dan warga kecewa, menilai penebangan tidak sejalan dengan upaya menghadapi pemanasan global serta mengurangi kenyamanan masyarakat
  • Pohon angsanah yang ditebang akan diganti dengan tabebuya oleh Dinas PUTR, namun dinilai belum mampu memberi keteduhan dan nilai ekologis setara pohon besar

Laporan Wartawan TribunMadura.com, Ali Hafidz Syahbana

TRIBUNMADURA.COM, SUMENEP - Momen Hari Pohon Sedunia, yang diperingati setiap tanggal 21 November, di Kabupaten Sumenep tahun 2025 ini ternoda oleh sebuah pemandangan kontradiktif.

Alih-alih melakukan penanaman, sejumlah pohon berukuran besar di kawasan Taman Kota Sumenep justru ditebang.

Aksi penebangan ini sontak mengubah wajah jantung kota yang semula dikenal rimbun dan teduh menjadi lokasi yang gersang dan terbuka.

Pantauan TribunMadura.com sejak Kamis - Jumat, 21 November 2025, penebangan dilakukan di sisi selatan taman, tepat di depan Markas Kodim 0827/Sumenep.

Batang pohon berukuran besar, yang diperkirakan berusia sekitar 40 tahunan, berserakan dan sebagian sempat menutup badan jalan.

Suasana yang biasanya teduh mendadak berubah.

Tidak hanya di area taman, pohon-pohon serupa juga ditebang di sepanjang sisi selatan Jalan Diponegoro.

Baca juga: 3 Desa Krisis Air di Sumenep Segera Nikmati Akses Air Bersih Berkelanjutan

Area Menjadi Gundul

Di lokasi itu, area yang sebelumnya hijau kini terlihat gundul, menyisakan tumpukan potongan kayu, tanah, dan bongkahan semen.

Pegiat lingkungan, Fadel Abu Aufa mengaku kecewa dengan penebangan pohon-pohon besar tersebut.

"Melihat kondisi di lapangan, saya sangat kecewa," tutur Fadel saat dikonfirmasi pada Jumat (21/11/2025).

Menurutnya, banyak warga yang ditemuinya juga mempertanyakan alasan penebangan pohon angsanah atau sonokeling yang telah tumbuh puluhan tahun itu.

"Ketemu banyak orang, semuanya menyayangkan penebangan itu," ucapnya.

Fadel menilai, penebangan tersebut tidak sejalan dengan upaya menghadapi perubahan iklim.

"Sekarang kita menghadapi pemanasan global. Harusnya banyak menanam, bukan malah menebang pohon yang sudah rindang," katanya.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved