Berita Pamekasan
Bupati Pamekasan Dorong Musik Daul Jadi Warisan Budaya Takbenda Indonesia: Bukan Hanya Hiburan
Festival Musik Daul se-Kabupaten Pamekasan yang digelar di area Monumen Arek Lancor, menjadi momentum penting bagi pemerintAH
Penulis: Hanggara Pratama | Editor: Januar
Ringkasan Berita:
- Pemerintah Kabupaten Pamekasan menggelar Festival Musik Daul se-Kabupaten di Monumen Arek Lancor sebagai upaya melestarikan dan mempromosikan musik tradisional khas Madura, Jumat (31/10/2025).
- Festival ini menjadi bagian dari rencana Pemkab Pamekasan untuk mengusulkan Musik Daul sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia pada tahun 2026.
- Bupati Pamekasan, Kholilurrahman, menekankan bahwa Musik Daul merupakan identitas budaya masyarakat Pamekasan dan harus dijaga keberlanjutannya
Laporan Wartawan TribunMadura.com, Hanggara Pratama
TRIBUNMADURA.COM, PAMEKASAN - Inilah cara Bupati Pamekasan lestarikan budaya Pamekasan.
 
Festival Musik Daul se-Kabupaten Pamekasan yang digelar di area Monumen Arek Lancor, menjadi momentum penting bagi pemerintah daerah setempat dalam mengangkat Musik Daul ke tingkat nasional, Jumat (31/10/2025).
Tidak sekadar festival, kegiatan ini menjadi langkah awal untuk mengusulkan Musik Daul Pamekasan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia pada 2026 mendatang.
Festival yang menampilkan tujuh kelompok musik daul pilihan itu menyita perhatian ribuan warga yang hadir.
Irama perkusi khas daul, ditambah koreografi dan kostum penuh warna, membuat suasana Arek Lancor menjadi pusat perayaan budaya malam itu.
Musik Daul Adalah Identitas
Bupati Pamekasan, Kholilurrahman, mengatakan bahwa musik daul adalah identitas kultural masyarakat Pamekasan yang perlu dipertahankan dan dipromosikan secara luas.
"Musik daul bukan hanya hiburan, tetapi warisan sejarah yang menjadi karakter masyarakat Madura khususnya Pamekasan," ujarnya.
"Karena itu, kami akan memperjuangkan agar Musik Daul diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia," tambahnya.
Ia menyebutkan, keberadaan musik daul merupakan evolusi dari musik tong-tong, iringan kentongan yang dulu digunakan warga pada era 1980-an ketika listrik belum menjangkau seluruh pelosok Pulau Madura.
"Dari tong-tong kemudian berkembang menjadi musik daul seperti sekarang. Di dalamnya ada cerita perjalanan budaya masyarakat Pamekasan," terangnya.
Pengusulan musik daul sebagai WBTb bukan hanya soal pengakuan formal, namun bertujuan menjaga keberlanjutan budaya agar tetap hidup di tengah arus modernisasi.
"Generasi muda harus menjadi penerusnya. Pelestarian budaya harus dilakukan dengan kreativitas dan ruang ekspresi," pungkasnya.
 
 
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunMadura.com
| Baru Ada 24 Dapur Program MBG Pamekasan yang Kantongi Sertifikat Higiene Sanitasi, 56 Lainnya Belum |   | 
|---|
| Cara Satgas Kendalikan Harga Beras di Pamekasan, Harga Medium Turun Drastis di Bawah HET |   | 
|---|
| Buntut Panjang Polemik Penyegelan SDN Tamberu 2, Bupati Turun Tangan: Agar Kasus Serupa Tak Terjadi |   | 
|---|
| Terungkap Alasan Sebenarnya Wali Murid SDN Tamberu 2 Pamekasan Tolak Pemindahan Siswa: Khawatir |   | 
|---|
| Daftar Tiga Kecamatan di Pamekasan Menjadi Penyumbang Terbanyak Warga Suspek Campak |   | 
|---|


 
                 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
				
			 
											 
											 
											 
											 
											
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.