Berita Sumenep

Tragisnya Nasib SD Negeri di Kangean Sumenep, Ambruk Setelah 3 Tahun Rusak

Inilah nasib SDN di Kangean Sumenep.   Bangunan sekolah tersebut ambruk setelah 3 tahun rusak.

Penulis: Ali Hafidz Syahbana | Editor: Januar
Nur Khalifa
Bangunan SDN Pajenangger V, Kecamatan Arjasa, Kangean Sumenep, yang ambruk 
Ringkasan Berita:
  • Ruang kelas dan kantor SDN Pajenangger V, Arjasa, Pulau Kangean, Sumenep, ambruk pada Kamis (13/11/2025) dini hari. Bangunan terdiri dari tiga lokal dan kini rusak berat hingga nyaris rata dengan tanah.
  • Bangunan sudah rusak selama tiga tahun tanpa perbaikan. Setelah roboh, kegiatan belajar 76 siswa dilakukan secara darurat di teras sekolah karena seluruh ruang kelas dan kantor guru tidak bisa digunakan.

 


 
TRIBUNMADUR.COM, SUMENEP- Inilah nasib SDN di Kangean Sumenep.
 
Bangunan sekolah tersebut ambruk setelah 3 tahun rusak.
 
Dilansir dari Kompas.com, ruang kelas dan kantor Sekolah Dasar Negeri (SDN) Pajenangger V di Kecamatan Arjasa, Pulau Kangean, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, akhirnya ambruk.
 
Bangunan yang terdiri atas tiga lokal itu kini mengalami kerusakan berat dan nyaris rata dengan tanah.
 
Pantauan di lapangan memperlihatkan, reruntuhan bangunan tersebar di area sekolah dan menyisakan dinding yang nyaris roboh.
 
Warga yang tinggal di sekitar sekolah mendatangi lokasi pada Kamis (13/11/2025) pagi, setelah mendengar suara runtuhan sekitar pukul 01.00 WIB dini hari.

Baca juga: Ruang Kelas Ambruk, Siswa SD di Jombang Tetap Semangat Belajar di Tenda Darurat


Guru kelas, Rifai, menjelaskan, kondisi bangunan memang sudah rusak sejak tiga tahun terakhir. Dinding retak dan atap bocor membuat bangunan semakin rapuh hingga akhirnya roboh.


“Sudah lama rusak, tapi tidak diperbaiki. Sekitar tiga tahunan,” kata Rifai.
 
Bangunan yang rusak, kata Rifai, meliputi seluruh ruang kelas dan kantor guru.
 
Selama ini, SDN Pajenangger V hanya memiliki tiga lokal, dua di antaranya disekat untuk menampung empat kelas. Kelas I dan II digabung dalam satu ruangan, sementara ruang kelas VI disekat menjadi kantor guru.

Siswa belajar di rumah warga


Sebelum bangunan roboh, kegiatan belajar sempat dialihkan ke rumah warga selama sepekan.
 
Namun, para guru merasa sungkan karena aktivitas belajar membuat rumah menjadi kotor dan ramai setiap hari.
 
"Memang sempat (dialihkan ke rumah warga), tapi kami tidak enak terus menerus di sana, kami kembali manfaatkan sarana yang ada," ungkap dia.
 
Sekolah dengan total 76 siswa itu kini tidak memiliki ruang belajar tetap. Kegiatan belajar mengajar terpaksa dilakukan secara darurat di teras kelas, tidak jauh dari reruntuhan. Pihak sekolah berharap ada fasilitas baru agar kegiatan belajar bisa kembali normal.


Rifai menyebut, belum ada bantuan signifikan dari Pemerintah Kabupaten Sumenep, karena anggaran dari APBD sangat terbatas.
 
“Kami diberi tahu, kemungkinan kalau dari APBD tidak ada, karena kecil anggarannya. Katanya akan ada bantuan pembangunan ruang baru dari pusat, katanya tahun depan, tapi belum pasti kapan,” kata dia.


 
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunMadura.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved